Setelah aku ditinggal oleh almarhum anjingku dulu, Dorothy. Aku sudah malas untuk merawat anjing dan terkesan kurang suka sama anjing padahal nenekku memelihara 2 anjing di rumah. Namun, semua berbeda ketika tepatnya Februari 2020. Tiba-tiba aku ditawari nenekku anjing kecil milik saudara. Melihat fotonya, aku berbicara dengan Ian "Duh, lucue ya! Kok pengen ya. Sakno juga kok mau dijual juga ini". Akhirnya, kami memutuskan untuk memelihara Brownie. Saat itu Brownie berusia 3 bulan (pas banget sudah lepas dari ASI)
Anjing ras poodle ini sungguh mengajarkanku banyak hal agar lebih telaten merawatnya. Ketika masih awal harus vaksin ke dokter, mengajak dia tidur bersama di kasur, dan mengajak dia bermain. Kelincahan dan kelucuannya buat aku kadang hilang stres ketika sedang berkerja.
Dan ternyata dia juga punya kesamaan denganku yaitu maag akut. haha. Emang bener juga ya! Kata dokter anjingku kalau anjing biasanya nurun sama pemiliknya 😂😂. Cuma akhirnya agak ribet karena kalau lagi sakit, obat yang diminum tidak boleh keras karena bisa mengganggu lambungnya.
Dan saat 6 bulan juga sempat steril dengan tujuan agar brownie tidak bisa "berkembang biak" haha. Pasca perawatan ini berasa banget karena harus kasih obat, kasih makan karena dia lemes banget, dan bener-bener harus extra care. Tapi, puji Tuhannya dibantu oleh pasanganku kalau nda bisa cukup bikin sakit kepala karena harus bangun di kala subuh dan ini terjadi 1-2 minggu lebih.
Cuma di sisi lain, banyak banget hal positif yang aku dapat dari merawat si brownie. Bisa jadi pribadi yang lebih sabar, lebih penyanyang, lebih telaten, lebih lembut hatinya (ini berasa banget lo impactnya kemana mana jadi lebih lembut haha), bisa membantuku untuk terapi mental health, dan yang paling penting aku punya sahabat yang tulus hatinya selalu menemani di saat apapun.
Tidak terasa sudah 1 tahun lebih usia brownie dan aku banyak belajar mengenai cinta kasih. Cinta kasih yang tulus dan tidak mengharap apapun. Sehat terus ya brownie! Aku bangga sudah bisa jadi mama angkatmu...