Konten kali ini, karena suasana hatiku bersemi-semi bak penyair puisi alakadarnya sedang mendapatkan mood yang tepat, aku ingin menulis dengan gaya puitis. Semoga nggak memalukan amat. 😁
..Ketika itu, pertemuan ketigaDegum jantung tidak menentu menantikannyaHati sumringah seperti matahari yang selalu menyapa di pagi hariAlunan musik mengiringi canda tawa tiada habisDia cantik dengan senyumnya yang memancarkan kehangatanMenawan meronaSungguh apakah sungguh ini yang Engkau tunjukkanTak terasa sore menjelang, tugas pun dilaksanakanBerbagi kepada sanak saudara sungguhlah nikmatPakaian bertumpuk selaras dengan ego dan kekolotanPantaslah kita untuk meluangkan waktu berbenahMembagikan kepada sesamaMembagi kasih dan tawa.Hujan mensyahdukan suasanaKu sambut hujan untuk menjemputnyaDengan kereta besi aku membawanya mendekat agar hujan tidak merusak pesonanyaTak ku sangka kami mempunyai pemikiran yang samaPergi ke tempat yang dapat menambah rasa rindu dan syahduSuasana dingin malam kala ituDendang lagu yang memacu adrenalinku untuk bertanyaTak kuasa hati ini untuk menahanTuhan, dengan berkat dan kekuatanmu aku mencobaTangan dingin, hati berdegum"Kamu mau kah jadi pacarku?"..
Ketika aku putuskan untuk menjadikan dia pasanganku, aku tidak ada ragu di dalam hati, yang ada hanyalah rasa senang dan sumringah. Dan yang aku yakin, ketika itu, aku merasa dia adalah pasangan hidupku yang ditunjukkan oleh Tuhan. Sampai sekarang pun aku masih tidak dapat berpikir secara logis, bagaimana kami dapat bertemu secepat itu dan menjadi pasangan yang cocok untuk satu sama lain. Tuhan sunggu luar biasa.